Doa Sunyi

اللَّهُمَّ إِنَّكَ تُدْرِكُ دَعَوَاتِي حَتَّى لَوْ لَمْ أَنْطِقْ بِهَا، فَاللَّهُمَّ حَقِّقْ لِي بِكَرَمِكَ مَا أَتَمَنَّى

“Ya Allah, sesungguhnya Engkau memahami doa-doaku, bahkan jika tidak kuucapkan dengan lisan. Maka, Ya Allah, wujudkanlah untukku apa yang kuharapkan dengan kemurahan-Mu.”

Ada doa yang begitu halus, seperti kabut di ufuk fajar, hanya bisa terasa, tak selalu terlihat. Ia tersembunyi dalam bisikan hati yang lirih, dalam jiwa yang berbisik tanpa suara. “Siapa yang mengenal Allah, maka ia akan menenggelamkan dirinya dalam keheningan,” kata Ibn ‘Atha’illah dalam salah satu hikmahnya, mengingatkan kita bahwa terkadang, cinta yang paling dalam justru ditemukan dalam kesunyian.

Doa ini adalah keheningan yang penuh makna. Ia tak berteriak, tak mendesak, hanya meresap dalam keyakinan yang lembut. Sebab di hadapan Allah, tak perlu semua harus terucap. Dia mendengar, meski tak ada satu pun yang kita ucapkan. Dia memahami kerinduan dan harapan yang tersimpan dalam hati yang paling dalam. “Hatimu adalah rahasia yang Dia ciptakan,” tulis Imam Al-Ghazali, “dan rahasia itu adalah pintu menuju keintiman dengan-Nya.”

Kita bersandar pada kemurahan-Nya, bukan karena merasa pantas, tapi karena kita tahu cinta-Nya melampaui batas logika. Doa ini mengingatkan bahwa harapan yang tersimpan di dalam hati tak akan terabaikan. “Ketahuilah bahwa Allah tak pernah meninggalkan hati yang berharap,” ungkap Imam Ahmad bin Hanbal. Kita hanya perlu percaya bahwa dalam segala kesunyian ini, Allah menangkap setiap desah jiwa yang tak terdengar, setiap getar cinta yang tak terungkap.

Ketika kata-kata hilang, ketika hanya ada pasrah dan ketulusan yang tertinggal, ingatlah bahwa Allah selalu dekat. Dia menyelami kedalaman hati kita, menatap setiap bisikan yang hanya jiwa kita dan Dia yang tahu. Dalam doa yang tak bersuara ini, kita menitipkan segala harapan kita, memohon agar, dengan kemurahan-Nya, yang tersembunyi di dalam hati suatu hari menjadi nyata. Segala ketidakmungkinan akan terwujud dalam sunyi doa kita. Bi idznillah.

KH Nadirsyah Hosen, Dosen di Melbourne Law School, the University of Melbourne Australia

Contact Me