Sudah 79 tahun Indonesia merdeka dari penjajahan sejumlah negara, termasuk Belanda, Portugis, Jepang, hingga Inggris. Kemerdekaan ini diraih berkat perjuangan tanpa henti dari seluruh elemen bangsa yang menyatukan perbedaan demi persatuan. Salah satu elemen penting dalam perjuangan tersebut adalah komunitas pesantren, yang turut berperan besar dalam membebaskan negeri ini dari belenggu penjajahan.
Pesantren tidak hanya menjadi tempat pendidikan agama, tetapi juga basis perjuangan melawan agresi penjajah. Para kiai, sebagai pemimpin pesantren, membentuk pasukan yang bertujuan mempertahankan diri dan melawan penjajah. Salah satu pasukan yang terkenal adalah Hizbullah, yang dibentuk di bawah Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) dengan izin dari Jepang. Pasukan ini terdiri dari orang-orang Muslim dewasa yang dilatih secara militer untuk melawan sekutu.
Selain pasukan dewasa, para kiai juga melibatkan anak-anak dalam perjuangan. KH Abbas Abdul Jamil dari Pondok Buntet Pesantren, Cirebon, adalah salah satu tokoh yang berperan dalam membentuk pasukan anak-anak yang diberi nama “Asybal.” Nama ini berasal dari bahasa Arab yang berarti “anak singa,” menggambarkan keberanian dan kesiapan anak-anak dalam menghadapi penjajah.
Menurut Ahmad Zaini Hasan dalam bukunya Perlawanan dari Tanah Pengasingan: Kiai Abbas, Pesantren Buntet, dan Bela Negara (Yogyakarta: LKiS, 2014), pasukan Asybal terdiri dari anak-anak di bawah usia 17 tahun yang berperan sebagai informan dan mata-mata. Mereka bertugas mengintai gerak-gerik musuh dan menjadi penghubung antara daerah pertahanan dan pos terdepan.
Selain Asybal, Pondok Buntet Pesantren juga membentuk pasukan Athfal, yang terdiri dari anak-anak kecil. Pasukan ini dibentuk oleh KH Anas Abdul Jamil, adik KH Abbas. Mereka mendapat tugas serupa dengan Asybal, yakni sebagai mata-mata dan penghubung.
Pasukan Asybal dan Athfal dilatih secara khusus oleh senior-senior mereka yang tergabung dalam pasukan Pembela Tanah Air (PETA), seperti KH Abdulah Abbas dan KH Hasyim Anwar. Dua pemuda dari Buntet Pesantren ini kelak menjadi pemimpin pasukan Hizbullah Cirebon. Salah satu anggota Asybal yang terkenal adalah KH Nahduddin Abbas, adik KH Abdullah Abbas, yang saat itu masih berusia 15 tahun.
Setelah 79 tahun Indonesia merdeka, perjuangan anak-anak dan remaja di masa lalu mengajarkan kita tentang keberanian dan pengorbanan. Namun, pertanyaan yang muncul adalah, apa yang telah dilakukan oleh remaja dan anak-anak saat ini untuk melanjutkan perjuangan tersebut?
Sumber: NU Online